PARTISIPASI dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) merupakan tonggak penting bagi setiap mahasiswa yang berorientasi pada pengembangan akademik dan profesional mereka. Bukan hanya sekadar sebuah kompetisi, PIMNAS adalah panggung utama di mana bakat, dedikasi, dan inovasi dari mahasiswa Indonesia ditampilkan dan diapresiasi. 

Pentingnya PIMNAS tidak hanya terletak pada prestise meraih kemenangan, tetapi juga pada proses pembelajaran yang mendalam yang terjadi di baliknya. Melalui persiapan yang intensif, para peserta diperkenalkan pada berbagai bidang penelitian dan disiplin ilmiah, serta diajak untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, analitis, dan komunikasi. Ini adalah platform yang memungkinkan mahasiswa untuk melampaui batas-batas kurikulum kelas dan memperluas wawasan mereka ke arah yang lebih luas.

Selain itu, kesempatan untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan sesama mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia merupakan nilai tambah yang tidak ternilai dari PIMNAS. Melalui diskusi, tukar pikiran, dan kerjasama tim, mereka tidak hanya belajar satu sama lain, tetapi juga membangun jaringan yang berharga untuk karir masa depan mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa hadirnya PIMNAS memberikan motivasi tambahan bagi mahasiswa untuk mengejar keunggulan dalam bidang akademik dan riset. Para peserta tidak hanya berlomba untuk mendapatkan penghargaan, tetapi juga untuk menciptakan dampak positif dalam masyarakat melalui penemuan dan inovasi mereka. Dengan demikian, PIMNAS bukan hanya sekedar ajang kompetisi, tetapi juga menjadi wahana untuk memacu kemajuan dan perkembangan ilmiah di Indonesia.

SEJARAH PIMNAS

Meski banyak peminatnya, tetapi sejarah dan lahirnya PIMNAS sebagai ajang berprestise tinggi masih belum banyak yang tahu. Pada awalnya, PIMNAS bermula dari Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) dan Lomba Karya Tulis Produktif (LKIP) yang pertama kali terselenggara pada tahun 1988 di Universitas Indonesia (UI). Namun, pada saat itu gelaran tersebut masih bernama Lomba Karya Ilmiah Mahasiswa (LKIM). 

Penyebutan istilah PIMNAS pertama kali muncul pada tahun 1990, saat acara tersebut terselenggara di Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama 16 edisi dari awal terselenggara pada tahun 1988 hingga 2003, tidak ada juara umum di ajang PIMNAS. Format juara umum baru muncul ketika pelaksanaan PIMNAS ke-17 tahun 2004 di Sekolah Tinggi Teknologi Telkom (STT-Telkom) Bandung. 

Perubahan PKM

Sebelum berakhir pada puncak PIMNAS, terdapat kegiatan pendahulu yakni Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Pada awalnya, terdapat lima skema yang menjadi penawaran dalam PKM, yaitu PKM-Penelitian (PKM-P), PKM-Kewirausahaan (PKM-K), PKM-Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M), PKM-Penerapan Teknologi (PKM-T) dan PKM-Penulisan Ilmiah (PKM-I). Namun sejak Januari 2009, Ditlitabmas mengelola enam skema PKM karena pemisahan PKM-Artikel Ilmiah (PKM-AI) dan PKM-Gagasan Tertulis (PKM-GT).

Pada tahun 2011, jumlah bidang PKM bertambah menjadi tujuh dengan bertambahnya satu bidang baru yaitu PKM-Karsa Cipta. Pada tahun 2019, mulai dikenalkan satu lagi bidang PKM berbasis media sosial. Bidang tersebut yaitu PKM-GFK (Gagasan Futuristik Konstruktif) yang berpeluang tampil di PIMNAS. 

Mulai tahun 2021, PKM-Penelitian (PKM-P) berubah menjadi PKM-Riset (PKM-R) dan PKM-Pengabdian Masyarakat (PKM-M) menjadi PKM-P. Sementara itu, PKM Penerapan Teknologi (PKM-T) berganti menjadi PKM-Penerapan Iptek (PKM-PI).

Mulai tahun 2022 pedoman PKM-R antara PKM-RE dan PKM-RSH menjadi terpisah. Pada 2022, terjadi perubahan PKM-GT menjadi PKM-GFT dan  PKM-GFK menjadi PKM Video Gagasan Konstruktif (PKM-VGK).

Dalam PIMNAS, penghargaan menjadi salah satu hal yang paling mahasiswa nantikan. Ada beberapa jenis penghargaan, yaitu berupa piala, piagam penghargaan, dan penghargaan setara emas, perak dan perunggu. Piala PIMNAS yang menjadi kebanggan itu bernama “Adhikarta Kertawidya “. 

Pada awalnya, pemenang PIMNAS penetapannya adalah secara perorangan sehingga tidak ada juara umum. Namun, sejak tahun 2004 yang bertepatan dengan pelaksanaan PIMNAS ke XVII di Bandung, muncul gagasan perlunya untuk menetapkan juara umum, juara I dan juara lainnya. Juara umum berhak atas piala bergilir Menteri Pendidikan dan Kebudayaan “Adhikarta Kertawidya”.

Pada prinsipnya penyelenggaraan PIMNAS dilaksanakan secara bergilir antara perguruan tinggi negeri dan swasta dengan mempertimbangkan faktor kesiapan.