Kanker kolon adalah kanker usus yang paling umum dan merupakan penyebab ketiga kematian akibat kanker terbanyak di dunia, baik pada pria maupun wanita. Pasien kanker sering mengalami masalah fisik dan nonfisik. Penyakit kanker tidak hanya menyebabkan masalah fisik, tetapi juga menyebabkan masalah psikologis. Sosial juga menyebabkan masalah ekonomi. Karena fakta bahwa kanker kolon dengan perforasi sangat berisiko, pasien yang memilikinya memiliki tingkat frekuensi kekambuhan yang lebih tinggi dari pasien yang tidak memilikinya.
Penyakit kanker kolon lebih sering terjadi di kolon sigmoid, yang merupakan bagian kolon yang paling umum terjadi obstruksi. Sebagian besar tumor terletak di distal fleksura splenica, dan sebagian besar perforasi terletak di tumor hampir 70 persen, dan perforasi terletak di proksimal tumor sebesar 30 persen. Pada pasien yang memiliki riwayat keluarga penderita kanker kolon, kejadian kanker kolon lebih tinggi.
Apa Saja Faktor Risiko Kanker Kolon
Beberapa faktor risiko kanker kolon termasuk pasien yang lebih tua, riwayat keluarga terkena kanker kolon, penyakit radang usus, gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid. Salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan perforasi pada kanker kolon adalah tindakan kolonoskopi, yang merupakan prosedur standar untuk mengidentifikasi kanker kolon yang terkait dengan perforasi iatrogenik atau trauma mekanis yang disebabkan oleh prosedur. Risiko perforasi juga dapat meningkat jika ada obstruksi yang memerlukan kolonoskopi.
Gejala dan Diagnosis Kanker Kolon
Dibandingkan dengan perforasi gastrointestinal lainnya, perforasi kolon adalah yang paling mengganggu. Peritonitis bakteri disebabkan oleh banyaknya bakteri di usus besar. Sebagian pasien menunjukkan gejala seperti abses mirip massa perut atau sepsis. Setelah tindakan kolonoskopi, beberapa pasien mengalami nyeri perut yang menetap dan distensi, yang menunjukkan bahwa ada luka di dalam perut. Akibatnya, perlu dilakukan evaluasi segera dari luka di dalam perut. Diagnosis perforasi kolon dapat dibuat berdasarkan temuan klinis dan radiografi. Keberadaan dan penyebab perforasi dapat diidentifikasi dengan beberapa modalitas pencitraan dan tes laboratorium. Untuk mengevaluasi pasien yang menunjukkan tanda-tanda perforasi, salah satu metode pilihan adalah tomografi komputer multi detektor (CT scan).
Tomografi komputer multidetektor memiliki sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi gas ekstraluminal dan melokalisasi lokasi perforasi dengan akurasi 82–90%. Komputer tomografi abdomen (CT) juga digunakan untuk menentukan diagnosis perforasi dan penyebabnya. Perforasi yang disebabkan oleh kanker kolon dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perforasi bebas dan perforasi tertutup. Perforasi tertutup memiliki gambaran onkologis yang berbeda dari perforasi bebas karena peradangan lokal yang disebabkan oleh pembentukan abses lokal, yang dapat dilihat melalui pemeriksaan patologis atau tomografi komputer operasi.
Dibandingkan dengan perforasi bebas, pembentukan rongga abses ini menurunkan risiko penyebaran tumor (sel ganas). Pasien kanker kolon yang lebih tua cenderung mengalami komplikasi perforasi kolon. Mereka yang memiliki perforasi kolon akan mengalami sepsis, yang dapat menyebabkan peritonitis dan akhirnya mengakibatkan kematian.