Menyusul pengumuman BPS tentang terjadinya deflasi dalam lima bulan terakhir, sehingga terjadinya penurunan daya beli di masyarakat, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) memutuskan biaya dana pengembangan pendidikan (DPP) dan dana operasional pendidikan (DOP) tahun akademik 2025-2026 yang akan datang tidak dinaikkan.

Keputusan ini disampaikan Rektor Unusa Prof Dr Achmad Jazidie., M.Eng dalam jumpa pers dengan insan media Senin (14/10) siang di Kampus B Unusa. Langkah yang diambil ini adalah bagian dari upaya Unusa untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk bisa memperoleh layanan pendidikan tinggi di tengah gejolak berbagai kenaikan dan turunnya daya beli masyarakat. “Memang banyak pakar ekonomi belum berani menyimpulkan secara tegas kenapa terjadi penurunan daya beli di masyarakat, apakah karena persediaan yang melimpah ataukah karena publik kesulitan keuangan. Tapi kami berkesimpulan kondisi ini karena banyak terjadinya PHK dan masih belum pulihnya kondisi perekonomian pasca Vovid-19. Jadi memang sangat berat kondisi perekonomian kita,” katanya.

Itu sebabnya, kata Rektor menambahkan, kami memutuskan untuk tidak menaikkan DPP dan DOP untuk calon mahasiswa tahun akademik mendatang, meski sudah dua tahun terakhir ini Unusa juga tidak menaikkan dua biaya tersebut, padahal akreditasi institusinya sudah unggul dan 75 persen lebih prodinya juga terakreditasi unggul. “Itulah sebabnya kami juga kini mengenalkan tag line ‘Kampus Unggul Biaya Terjangkau’ selain kampus ‘Rahmatan Lil Alamin’. Langkah ini diambil semata-mata Unusa ingin tetap memberi kesempatan masyarakat untuk memperoleh layanan pendidikan tinggi, karena pendidikan menurut kami tetap harus dikedepankan meski dalam kondisi apa pun,” katanya.

Selain kebijakan tidak menaikan DOP dan DPP, dalam kebijakan pembiayaan mahasiswa tahun akademik 2025-2026, Unusa juga memberikan kemudahan dalam mengangsur dua unsur pembiayaan tersebut. Bisa diangsur untuk biaya DPP selama setahun dan satu semester untuk DOP. Tentu kami juga memberi apresiasi bagi yang mau melunasi sejak awal akan diberikan potongan hingga 5 persen,” katanya.

Guru besar bidang robotika ITS ini juga menjelaskan selain dapat diangsur dan memperoleh potongan, Unusa juga bakal mengusahakan penambahan biaya untuk beasiswa baik dari Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS) sebagai badan pengelola Unusa maupun dari lembaga lain, baok pemerintah maupun swasta. “Tahun ini kami memberikan beasiswa kepada mahasiswa baru lebih dari 250 orang, mereka memperoleh dari KIP Kuliah maupun lembaga lain.”

Menyinggung soal daerah asal mahasiswa yang kini menuntut ilmu di Unusa, Jazidie mengatakan, jika pada tahun akademik 2024-2025 ini asal mahasiswa di Unusa dari semua propinsi yang ada di Indonesia, kecuali hanya ada lima propinsi tahun ini, masing-masing dari D.I Yogyakarta, Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Gorontalo. “Jadi Unusa mesti menyandang nama Surabaya, mahasiswanya sudah berasal dari seluruh Indonesia. Syukur Alhamdulillah meski baru menginjak usia 11 tahun Unusa sudah makin dikenal dan dipercaya masyarakat,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Rektor juga mengenalkan beberapa mahasiswa penerima beasiswa yang berasal dari luar Jawa Timur. Mereka antara lain berasal dari penerima beasiswa Program Beasiswa Santri Berprestasi dari Kemeneterian Agama, Program Kartu Indonesia (KIP) Kuliah dan Beasiswa dari Baznas.